Stunting di Papua Tinggi, Mendagri: Ikan Dijual Beli Mie Instan

JAGAPAPUA.COMKasus stunting atau gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi yang tinggi di Papua mendapat sorotan dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Tito menyebut, angka stunting di Maluku hingga Papua cukup tinggi. Diantara penyebabnya yakni masyarakatnya tidak mengkonsumsi gizi yang cukup seperti ikan.

Hal itu juga sesuai dengan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan yang mencatat prevalensi balita stunting di Maluku mencapai 26,1 persen, sedangkan di Papua 34,6 persen pada 2022. Angka itu masih tergolong tinggi karena melebihi ambang batas yang ditetapkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni sebesar 20 persen.

Tito menyebu ikan sangat banyak di Papua maupun di Maluku, namun ikan justru dijual untuk dibelikan mie instan. Sedangkan kandungan gizi pada ikan jauh lebih tinggi dibandingkan mie instan.

"Makanan ikan di Maluku, Papua tetapi stuntingnya tinggi, kenapa? karena bosan makan ikan. Ikannya dijual kemudian dibelikan mi instan," kata Tito dalam acara Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional di Hotel Borobudur, Jakarta, dikutip Rabu (28/6/2023).

"Bayinya dibelikan mie instan, itu kalorinya tidak ada lagi, gizinya enggak ada," tambah Mendagri.

Oleh sebab itu, Mendagri mendorong agar pemerintah daerah lebih gencar menyosialisasikan, kreatif dan inovatif untuk menyampaikan manfaat gizi dari ikan serta mengemas ikan dan olahannya agar lebih disukai masyarakat, terutama anak-anak.

"Terobosan kreatif agar produk seafood, laut, ikan itu dibuat sedemikian rupa. Supaya anak-anak suka, mungkin dagingnya dibentuk sedemikian rupa seperti permen mungkin, jadi anak anak suka makan ikannya enggak bosen cara-caranya itu saja," ucapnya.

Mantan Kapolri itu menambahkan, saat ini pemerintah juga sedang gencar melakukan sosialisasi untuk mengonsumsi makanan lokal dan sehat, seperti sagu, jagung, singkong dan ubi jalar. Makanan ini juga dapat menjadi substitusi makanan pokok beras sekaligus dapat mengurangi permintaan beras yang saat ini lebih banyak mengimpor.

"Sekarang kan banyak sekali penyakit gula, diabetes. Orang kota sudah mulai menghindari beras yang tinggi gula, jadi kembali ke makanan pokok itu sehingga bisa mengurangi ketergantungan demand permintaan beras yang notebennya impor," ujar Tito.

Sementara itu, di Provinsi Papua Barat, Pemerintah Provinsi Papua Barat telah membentuk Satgas Intervensi Penurunan Kemiskinan Ekstrem dan Stunting pada Kamis, 1 Juni 2023. Satgas ini akan ditugaskan di tujuh kabupaten, yaitu Manokwari, Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak, Teluk Bintuni, Fakfak, Teluk Wondama, dan Kaimana.

Adapun program intervensi yang dilaksanakan antara lain pembangunan infrastruktur air bersih, kamar mandi dan toilet, pemberian makanan bergizi, dan bantuan sosial non-tunai dengan alokasik dana sebesar Rp 18 miliar.

Sedangkan, jadwal pelaksanaan intervensi program akan dimulai dari Manokwari Selatan pada 7 Juni 2023, selanjutnya Pegunungan Arfak, Teluk Wondama, Manokwari, Teluk Bintuni, Kaimana, dan Fakfak. (UWR)

Share This Article

Related Articles

Comments (2287)