MANOKWARI, JAGAPAPUA.COM -Satgas Percepatan Penanganan Stunting Provinsi Papua Barat mengevaluasi penanganan masalah balita gagal tumbuh akibat kekurangan gizi atau stunting pada tujuh kabupaten di provinsi setempat.
Kasatgas Percepatan Penanganan Stunting Papua Barat, Juliana Antoneta Maitimu, mengatakan pemerintah provinsi perlu melakukan evaluasi guna mengetahui efektivitas pelaksanaan program intervensi pada setiap kabupaten.
"Evaluasi dan monitoring kami lakukan ke masing-masing kabupaten sampai tanggal 11 September 2023," ujarnya, dilansir Antaranews, Sabtu (26/8/23).
Juliana Antoneta Maitimu menjelaskan pelaksanaan evaluasi dilakukan secara berjenjang dimulai dari Kabupaten Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Pegunungan Arfak, Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan, Kaimana, dan Fakfak.
"Kami sudah evaluasi penanganan stunting di Teluk Bintuni, nanti semua kabupaten dievaluasi," jelasnya.
Ia menerangkan bahwa Kepolisian Resor (Polres) Teluk Bintuni yang turut mengurangi prevalensi stunting melalui keterlibatan 51 Polisi RW. Pihak kepolisian setempat juga menyediakan dapur penanganan stunting bagi ibu hamil dan anak-anak stunting, sehingga upaya perbaikan gizi berjalan maksimal.
"Kepolisian di Teluk Bintuni kerja sama dengan pemerintah kabupaten untuk penanggulangan stunting," jelasnya.
Ia mengungkapkan berdasarkan data Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGM), terdapat 544 dari 2.659 balita stunting di Papua Barat telah dinyatakan sembuh dengan tingkat keberhasilan 20,46 persen. Jumlah itu tersebar di Manokwari 184 balita, Fakfak 181 balita, Teluk Wondama 67 balita, Kaimana 48 balita, Teluk Bintuni 30 balita, Manokwari Selatan 25 balita, dan Pegunungan Arfak sembilan balita.
Ia menjelaskan pemerintah terus mengedukasi masyarakat khususnya ibu hamil dan ibu menyusui untuk rutin mengecek kesehatan pada fasilitas kesehatan terdekat. Tingginya kesadaran masyarakat sangat memengaruhi keberhasilan upaya penanganan prevalensi stunting di seluruh wilayah Papua Barat.
Ia mengatakan pemerintah provinsi memberikan penghargaan dengan tiga kategori yaitu angka prevalensi terendah, penginputan data tertinggi, dan penurunan prevalensi tertinggi. Kabupaten Manokwari berhasil meraih juara pertama kategori prevalensi stunting terendah di Papua Barat yaitu 11,80 persen.
Kemudian, Teluk Bintuni meraih penghargaan sebagai daerah yang menginput data tertinggi yakni 67,23 persen dengan prevalensi 12,65 persen. Selanjutnya, Teluk Wondama raih penghargaan dengan kategori penurunan prevalensi stunting tertinggi dengan tingkat keberhasilan 5,29 persen.
"Penghargaan itu sebagai trigger supaya masing-masing kabupaten berlomba-lomba turunkan stunting," ucapnya.
Ia menambahkan jumlah anak stunting yang telah diangkat menjadi anak asuh bagi gubernur, bupati, pimpinan OPD dan pejabat lainnya sebanyak 678 anak stunting.
Share This Article