Lembaga Kajian Pemilu Indonesia Rilis Hasil Survei Pilkada Nabire
- by Redaksi
- Aug 07, 2024 10:00 am
- 357 views
JAGAPAPUA.COM - Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) melakukan survei mengukur opini dan preferensi masyarakat Nabire, Papua menjelang Pilkada 2024. Hasilnya, Ketua Komisi A DPRD Nabire Marci Kegou unggul dalam hasil survei ini bahkan mengalahkan petahana Bupati Nabire Mesak Magai yang maju sebagai calon petahana.
"Hasil top of mind pilihan para responden menunjukkan peluang besar bagi penantang petahana bupati. Dimana tingkat keterpilihan Mesak Magai sebagai petahana hanya dipilih sebanyak 21,3% kalah oleh Ketua Komisi A DPRD Nabire Marci Kegou yang dipilih sebanyak 27,1%," kata Direktur Eksekutif LKPI Togu Lubis dalam keterangan tertulis, Senin (5/8/2024).
Kemudian, lanjut Togu, urutan ketiga Hugo Martinus Karubaba memperoleh tingkat keterpilihan sebesar 18,1%, keempat Ismail Djamaluddin 7,3%, kelima Evan Ibo 3,1%, keenam Oktovina Woromboni 1,3%, ketujuh Albert Kayame sebesar 1,1%, dan selebihnya 20,7 belum memilih.
Togu mengungkapkan, berdasarkan hasil survei tentang kepuasan publik terhadap Mesak Magai petahana Bupati Nabire hanya mencapai 35,2%, tidak puas sebanyak 60,7%, serta yang tidak menjawab sebesar 4,1%
Menurutnya, angka ini menunjukkan angka yang sangat rendah dan mencerminkan kurangnya apresiasi masyarakat terhadap kinerjanya selama menjabat sebagai Bupati Nabire. Disebutkan, alasan di balik rendahnya kepuasan masyarakat Nabire beragam, termasuk ketidakpuasan terhadap kebijakan yang diambil, kurangnya perbaikan infrastruktur, atau minimnya program yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat Nabire.
"Ini masih menunjukkan bahwa lebih dari setengah masyarakat Nabire merasa tidak puas dengan kepemimpinan Mesak Magai. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti ekspektasi masyarakat yang tidak terpenuhi, atau mungkin masalah-masalah yang belum terselesaikan selama masa jabatannya," kata Togu.
Karena itu, lanjut Togu, Data ini menggambarkan tantangan besar bagi tokoh-tokoh yang pernah menjabat untuk bersaing dalam Pilkada Nabire 2024. "Dengan tingkat kepuasan publik yang rendah, mereka akan menghadapi kesulitan dalam membangun kembali kepercayaan dan dukungan masyarakat," kata Togu.
Dijelaskan, tingkat kepuasan publik atau dikenal sebagai ”job approval rating” punya kekuatan prediktif elektoral yang sangat besar bagi Bupati Petahana. Hasil survei menemukan ada berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan masyarakat dalam pemilihan ini, terutama kinerja dan rekam jejak kandidat.
"Mayoritas atau 47,3% responden menyatakan kinerja dan rekam jejak adalah faktor yang paling mempengaruhi mereka dalam memilih kepala daerah. Lalu 13,6% lebih mempertimbangkan visi-misi dan program dan 6,5% memilih berdasarkan kompetensi kandidat dan sebanyak 32,6% didasarkan dari asal suku, agama, hingga gender kandidat," ujarnya.
Atas dasar itu, sambung Togu, hasil survei tingkat elektabilitas bakal calon Bupati pada Pilkada Nabire 2024 menunjukkan tidak banyak berubah jika hanya dengan simulasi 4 nama bakal calon dengan mengunakan pertanyaan tertutup pada 1400 responden.
Diantaranya, dengan pertanyaan jika pilkada digelar hari ini mana nama yang akan dipilih sebagai Bupati Nabire? Dari hasil persentase tertinggi untuk tingkat keterpilihan yakni Marci Kegou sebesar 34,7% sementara Mesak Magai 25,3%, Hugo Martinus Karubaba 17,8%, Ismail Djamaludin 9,1%, dan yang tidak memilih dan menjawab sebanyak 13,1%.
Sementara jika dilakukan simulasi head to head antara Marci Kegou versus Mesak Magai hasil survei menunjukan tingkat keterpilihan Marci Kegou di angka 52,6% sedangkan Mesak Magai di angka 30,1% dan tidak memilih sebanyak 17,3,%.
Sedangkan jika disimulasikan head to head antara Marci Kegou dengan Hugo Martinus Karubaba hasilnya, Marci Kegou dipilih sebanyak 60,6% dan Hugo Martinus Karubaba dipilih sebanyak 26,8% dan tidak memilih sebanyak 12,6%.
"Hasil survei ini dilaksanakan LKPI dengan sampel dari survei sebanyak 1.400 responden yang memiliki hak pilih dan tersebar di empat daerah pemilihan (Dapil). Tepatnya terdiri atas 26 Distrik/Kampung secara proporsional bedasarkan data jumlah populasi daftar pemilih tetap Pemilu 2024 Kabupaten Nabire," kata Togu.
Togu menambahkan, koleksi data dilakukan pada 23 Juli - 1 Agustus 2024 secara online melalui data collection Survei Telkomsel. Pengambilan sampel menggunakan metode non-probability sampling, dengan tingkat kesalahan (margin of error) sekitar -/+ 2,6 % pada tingkat kepercayaan 95%.
"Komposisi gender responden terdiri dari 54,7% laki-laki dan 45,3% perempuan. Sebagian besar responden berasal dari kalangan kelompok usia antara 17-25 tahun (44,4%), diikuti kelompok 26-50 tahun (39,8%) dan kelompok 51 tahun keatas (15,8%)," ujarnya.
Pihak lain, Pengamat Politik Nasional Rikal Dikri menanggapi hasil survei LKPI tersebut. Rikal menilai, hasil survei ini memiliki korelasi yang kuat antara tingkat elektabilitas Mesak Magai dan Marci Kegou dengan tingkat penerimaan masyarakat Nabire terhadap petahana Mesak Magai dan Marci Kegou.
Mesak Magai berada dengan tingkat akseptabilitas rendah hanya 49,2% saja walaupun tingkat popularitas di masyarakat Nabire mencapai 74,3%. Namun, lanjut Rikal, posisi Mesak Magai masih di bawah Marci Kegou dimana tingkat penerimaan Marci Kegou oleh masyarakat hingga 78,3% walaupun popularitasnya di angka 69,7%.
Sedangkan, Hugo Marinus Karubaba dengan Tingkat akseptabilitas 52,1% dengan popularitas 48,5% dan Ismail Djamaludin dengan tingkat akseptabilitas 42,2% dan popularitasnya 35,6% dan nama lainnya memiliki tingkat akseptabilitas dan popularitasnya di bawah 30%.
"Setelah dibedah lebih jauh tingkat akseptabilitas di Kabupaten Nabire dimana tingkat akseptabilitas menunjukkan bahwa tingkat penerimaan dan kesukaan terhadap bakal calon Bupati Nabire, Marci Kegou yang memiliki tingkat Akseptabilitas yang tinggi yakni sebanyak 78,3%,"'kata Rikal.
Menurut Rikal, hal ini dikarenakan Marci Kegou sering sekali melakukan pembelaan dan menerima masyarakat Nabire jika ada persoalan. Seperti saat ada perlakuan dugaan rasisme terhadap mahasiswa Papua di luar daerah.
"Juga sempat ada kejadian sebagai bentuk dari respon orang Papua di Kota Nabire yang mendatangi Kantor DPRD Nabire untuk mendesak DPRD dan Bupati Nabire agar warga orang pendatang keluar dari Nabire. Di mana Marci Kegou turun menjumpai aksi mahasiswa sambil menangis mengatakan sebagai mama Papua, hatinya terpukul dan tidak menerima perlakuan tersebut," ujarnya.
Share This Article