pasang iklan

Opsi Penggalangan Intelijen Redam Konflik Bersenjata di Papua

JAGAPAPUA.COM - Konflik bersenjata di Papua seolah tak kunjung mereda. Kontak tembak masih seringkali terjadi di wilayah Papua yang mengakibatkan korban berjatuhan baik dari masyarakat sipil, prajurit TNI-Polri dan pihak kelompok TPNPB-OPM. Bahkan hingga kini banyak masyarakat di Kabupaten Maybrat Papua Barat masih berada dalam pengungsian, bertahan di perkampungan lain dan di dalam hutan.

Dalam beberapa waktu terakhir, gangguan keamanan terjadi di Distrik Suru-Suru, Kabupaten Yahukimo, Papua. Dua anggota TNI dilaporkan tertembak di Suru-Suru yakni Serda Putra Rahaldi tertembak di bagian dada hingga meninggal dunia dan rekannya, Prajurit Kepala Suheri, tertembak di bagian bokong.

Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Ignatius Yogo Triyono mengatakan, kedua prajurit yang berasal dari Kodam Iskandar Muda, Banda Aceh itu ditembak dari arah perbukitan saat sedang mengambil air di penampungan yang berada di belakang pos.

Sementara itu, TPNPB-OPM Yahukimo Elkius Kobak mengumumkan duka atas meninggalnya salah seorang pasukan mereka atas nama Kunci Labie. Elkius mengatakan Kunci Labie meninggal akibat tertembak oleh TNI/Polri di Distrik Suru-Suru, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua pada Rabu (8/12/2021).

Sebelumnya, seorang anggota KKB Intan Jaya pimpinan Undius Kogoya atas nama Marten Belau tewas di tempat tertembak oleh aparat dalam kontak senjata dengan Satgas Nemangkawi di Kampung Pisiga, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Senin (6/12/2021).

Menilik Upaya Penggalangan Intelijen dalam Meredam Konflik Bersenjata

Dalam kondisi ini, opsi penggalangan intelijen dirasa menjadi salah satu upaya yang dapat meredam konflik bersenjata di Papua. Wahyu Saronto dalam bukunya Teori Intelijen dan Pembangunan Jaringan (2018) menyebutkan penggalangan merupakan satu dari tiga pilar utama Tampilan Intelijen sebagai Aktivitas. Tiga pilar utama itu adalah penyelidikan, pengamanan dan penggalangan.

Masih menurut Wahyu, penyelidikan dalam aktivitas intelijen akan memperoleh suatu pengetahuan intelijen yang selanjutnya digunakan untuk melakukan upaya pengamanan dan penggalangan sebagai langkah preventif untuk menanggulangi ancaman hingga meminimalisir resiko yang akan dialami.

Penggalangan intelijen didefinisikan sebagai semua usaha, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan secara berencana, terarah oleh sarana Intelijen untuk membuat, menciptakan, mengubah suatu kondisi dalam masyarakat sehingga mencapai keadaan yang menguntungkan terhadap pelaksanaan tugas pokok Kepolisian.

Hal ini sejalan dengan Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta yang mengatakan, Penggalangan menjadi salah satu solusi efektif untuk merangkul dan meredakan perlawanan dari kelompok separatis dan teroris (KST) Papua. Upaya ini dinilai bisa menuai reaksi positif dari masyarakat Papua. Menurutnya, penggalangan sebaiknya dilakukan sebelum melaksanakan operasi.

“Penggalangan untuk merangkul oposisi dan operasi territorial untuk meraih hati rakyat perlu dilakukan sebelum operasi dan senjata,” kata Stanislaus seperti dikutip dari Mata Indonesia News, Sabtu (11/12/2021).

Pentingnya perhatian intelijen dalam penanganan konflik bersenjata di Papua juga didukung oleh Profesor Wan Usman dalam bukunya Daya Tahan Bangsa (2018). Ia membedakan sifat ancaman yang membutuhkan perhatian intelijen ke dalam dua kelompok yaitu ancaman militer dan ancaman nir militer.

Ancaman militer meliputi agresi, pelanggaran batas wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan besenjata dan perang saudara. Sedangkan ancaman nir militer antara lain penyelundupan, pencurian kekayaan alam, konflik kepentingan, persoalan politik, narkotika, imigran gelap, pelanggaran batas wilayah perbatasan. (Uma)

Share This Article

Related Articles

Comments (146)

Leave a Comment

Liputan Video

Video Lainnya

Daftar

Gallery